BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meningitis adalah radang membran pelindung
sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka
fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius
karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
Kebanyakan kasus meningitis
disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Daerah "sabuk
meningitis" di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali
kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis di mana
250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa.
Oleh karena itu dalam Makalah ini
kami akan membahas secara detail tentang Meningitis. Tujuannya agar pembaca
Mengerti dan Waspada terhadap penyakit
meningitis. Selain itu, harapan kami
, dengan mengetahui meningitis, kasus meningitis di Indonesia dapat menurun.
B.
Tujuan
1. Mengetahui Definisi Meningitis
2. Mengetahui Penyebab Meningitis
3. Mengetahui Patofisiologi Meningitis
4. Mengetahui Manifestasi Klinis
5. Mengetahui Komplikasi dari Meningitis
6. Mengetahui Penatalaksaan Medis
7. Mengetahui Penatalaksanaan Keperawatan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Meningitis
adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang tipis/encer yang
mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri,
virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus
meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus
tersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang
menghirup udara tersebut.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme
kerusakan dan gangguan otak yg disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri
lebih berat,” kata Dr. Setyo Handryastuti, SpA, Divisi Neurologi Departemen
Kesehatan Anak RSCM-FKUI. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab
meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular
dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa
20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu
48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang
terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup.
Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa
karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri
tersebut.
Sebanyak 50 persen
pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita kerusakan otak
permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara
perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.
Penderita meningitis
perlu mendapat antibiotik sesegera mungkin. Perawatan umumnya dilakukan selama
10-14 hari. Pengobatan panjang itu dianggap perlu untuk mencegah komplikasi
atau mencegah infeksi datang kembali. Pada kasus yang dianggap berat,
diperlukan perawatan intensif di UGD dan ketersediaan ventilasi udara untuk
membantu pernapasan. Terjadinya meningitis dapat secara
langsung sebagai akibat cedera traumatis atau secara tidak langsung dipindahkan
dari tempat lain didalam tubuh dalam cairan serebrospinalis (CSS).
Jenis/
tipe Meningitis terdiri dari :
a. Meningitis Kriptokosus Merupakan
meningitis yang disebabkan oleh jamur Kriptokokus.
b. Viral Meningitis Merupakan penyakit
ringan yang gejalanya mirip sakit flu biasa dan umumnya si penderita dapat
sembuh sendiri
c. Bakterial meningitis adalah meningitis
yang disebabkan oleh bakteri dan merupakan penyakit yang serius.
d. Meningitis Purulenta radang bernanah
araknoid dan piamater yang meliputi otak
dan medulla spinalis.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis
diantaranya :
1.
Streptococcus pneumoniae
(pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum
menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang
bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
2.
Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua
terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya
infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam
peredaran darah.
3.
Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri
yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya
infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian
vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus
meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
4.
Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa
menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu
dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju,
hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal
(peliharaan).
5.
Bakteri lainnya yang juga dapat
menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan Mycobacterium
tuberculosis.
B.
Etiologi
Meningitis
dibagi menjadi 2 jenis menurut penyebabnya :
1. Meningitis
bakterial, yang disebabkan oleh organisme primer gram negatif. Pada neonatus
umumnya disebabkan oleh basil gram negatif, batang gram negatif dan streptococcus
grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun disebabkan Haemophilus
Influenzae tipe B. Pada anak-anak yang lebih besar disebabkan oleh Infeksi
Neisseria Meningitis atau Infeksi Staphilococcus.
2. Meningitis
Aseptik, umumnya hampir 85% disebabkan oleh entero virus diantaranya virus
Influenza, Koriomeningitis Limfositik, virus EpsteinBarr namun dapat pula
karena mikroplasma, klamidia dan berbagai jenis jamur, protozoa dan parasit
lain.
C.
Patofisiologi
Organisme meningitis bakterial
memasuki meninges secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau cedera
tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan
cerebrospinalis. Pada umumnya Infeksi mencapai otak melalui peredaran darah (
hematogen ).
Pada meningitis aseptik, virus
menyebar ke otak dan jaringan sekitar melalui cairan tulang belakang setelah
terlebih dahulu meninges terinfeksi. Otitis media, sinuitis dan saluran
pernafasan dapat menjadi tahap awal dari infeksi. Defisiensi imun meningkatkan
kemungkinan timbulnya penyakit.
Keterlambatan penderita di bawa ke
RS merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi dari meningitis yang biasanya
mengarahkan anak pada kondisi kejang, kelumpuhan, dehidrasi dan koma akibat
terjadinya thrombosis pada pembuluh darah di otak. Keadaan koma akan lebih
memperparah kondisi fisik pasien terutama dalam masalah asupan gizi yang tidak
dapat diberikan secara peroral, tubuh menjadi makin lemah, daya tahan menurun,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi tidak ada. Kebutuhan cairan tubuh tak
terpenuhi untuk mendukung therapi hydrasi Introvena yang biasanya hanya
memenuhi setengah dari kebutuhan cairan pada pasien per hari.
D.
Manifestasi
Klinis
Gejala
meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.
Sakit kepala
dan demam (gejala awal yang sering)
2.
Perubahan
pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak
responsif, dan koma.
3.
Iritasi
meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a)
Rigiditas
nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b)
Tanda kernik
positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c)
Tanda
brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu
sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan
TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar,
syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
Keluhan
pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan punggung.
Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala ertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif.
Gejala
meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit
kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa
sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan
menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya
menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan
nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran
seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan. Dibawah ini merupakan
tanda-tanda atau gejala dari Meningitis yang Umum pada bayi dan anak-anak
Bayi :
-
Demam
-
Kejang
pada tengkuk
-
Rewel/gelisah
-
Susah
makan
-
Menangis
terus-menerus
-
Lemah
-
Intensitas
interaksi berkurang
-
Ubun-ubun
membenjol
Anak :
-
Demam
-
Kejang
pada tengkuk
-
Sakit
kepala
-
Mual
-
Bingung/disorientasi
-
Serangan
mendadak
-
Tidak
suka cahaya terang (fotofobia)
-
Ruam
di sekujur tubuh
E.
KOMPLIKASI
1.
Hidrosefalus
obstruktif
2.
MeningococcL
Septicemia ( mengingocemia )
3.
Sindrome
water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.
SIADH (
Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.
Efusi
subdural
6.
Kejang
7.
Edema dan
herniasi serebral
8.
Cerebral
palsy
9.
Gangguan
mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
12. Tuli
13. Buta
F.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1)
Isolasi
2)
Terapi Antimikroba
: antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan
dosis tinggi.
3)
Mempertahankan
hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan
yang dapat menyebabkan edema cerebral
4)
Mencegah dan
mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada
anak yang mengalami DIC
5)
Mengontrol
kejang : pemberian anti epilepsi
6)
Mempertahankan
ventilasi
7)
Mengurangi
meningkatnya tekanan intra kranial
8)
Penatalaksanaan
syok bakterial
9)
Mengontrol
perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
10) Memperbaiki anemia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar