BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari
penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat
mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal
setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara
individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah
sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan
manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi
keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat
kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan
sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat
dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam
suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan
yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama
(Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959),
keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan
keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan
kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA
(1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat
menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu
bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi
seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat
kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan
lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas
akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu
dengan lansia dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan
yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang
mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih besar,
kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan kontemporer masa
kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada peningkatan
harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan
dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di
satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga
negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban
yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam
menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini
karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan
struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk
lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling
tidak satu masalah kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian
dari lansia?
2.
Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3.
Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4.
Bagaimana peran perawat terhadap lansia?
C. TUJUAN
a)
Tujuan umum
Agar mahasiswa
/mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman memperoleh informasi dan
gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia.
b)
Tujuan khusus
1)
Mampu menjelaskan konsep teori
tentang kelompok khusus lansia.
2)
Mampu melaksanakan pengkajian
pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada.
3)
Mampu menentukan diagnosa
keperawatan pada komunitas kelompok
khusus lansia.
4)
Mampu membuat rencana tindakan
asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
5)
Mampu menerapkan rencana keperawatan pada
asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia.
6)
Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia yang bermasalah.
D.
Manfaat
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Lansia dan Masyarakat Umum
Memberikan
gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia di komunitas.
2.
Mahasiswa /
Penyusun
Menambah
pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan keperawatan lansia
sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan keperawatan terhadap
lansia dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Masa dewasa tua
(lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah
kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya
(Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses
penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara
biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara
negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut
Constantinidies
menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan
fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok
usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90
tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi
tantangan khusus karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan
psikososial. Lansia bervariasi pada
tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif,
terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk
merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat
keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
a) Kebutuhan Hidup
Orang Lanjut
Usia
Setiap
orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup
yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara
lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara
rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman,
kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam
segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,
membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan
tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut
sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah
kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan
akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti
kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat
atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,
kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem
needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya,
dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah
kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan
dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang
memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap
lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri
orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang
lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
b) Teori –
teori Proses Menua
Sebenarnya secara
individual
1.
Tahap proses
menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2.
Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda
3.
Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses
menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1.
Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam
genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi
menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock”
didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies
terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
2.
Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie
theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
3.
Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah
terbakar.
4.
Pengumpulan dari pigmen atau lemak
dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi dari produk sisa”.
5.
Peningkatan jumlah kolagen dalam
jaringan.
6.
Tidak ada perlindungan terhadap
radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7.
Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto
immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.
8.
“ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9.
Teori stres menua akibat terjadi
hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal
bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom )
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel
– sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan
dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan
organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.
c) Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik
1. Sel
a.
Lebih sedikit jumlahnya
b.
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c.
Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d.
Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e.
Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a.
Cepat menurunnya persarafan
b.
Lambannya dalam respon dan waktu untuk
bereaksi khususnya dengan stres.
c.
Mengecilnya saraf panca indra:
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman
dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d.
Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a.
Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran
), hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis
c.
Terjadinya pengumpulan serumen dapat
mengeras karena meningkanya kreatin
d.
Pendengaran bertambah menurun pada
lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a.
Spingter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar
b.
Kornea lebih berbentuk sferis atau bola,
lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan
c.
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar,
daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap
d.
Hilangnya daya akomodasi, menurunya
lapang pandang, menurunnya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a.
Elastisitas dinding vaskuler
menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b.
Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c.
Kehilangan elestisitas pembuluh darah,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi
dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
d.
Tekanan darah meningkat diakibatkan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih
170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan
tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan suhu
teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang
sering ditemui antara lain:
a.
Temperatur tubuh menurun atau hipotermi
secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme
menurun.
b.
Keterbatasan reflek menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a.
Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b.
Paru – paru kehilangan elastisitas,
kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c.
Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan
jumlahnya berkurang
d.
Oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, karbodioksida pada arteri tidak berganti
e.
Kemampuan untuk batuk berkurang
f.
Kemampuan pegas, dinding dada dan
kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a.
Kehilangan gigi penyebab utama adanya
periondontal disease
b.
Indra pengecap menurun dan esofagus
melebar
c.
Lambung : rasa lapar menurun asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
d.
Peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi
e.
Liver : makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
f.
Menciutnya ovari dan uterus
g.
Atropi payudara
h.
Pada laki – laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i.
Dorongan seksual menetap sampai usia
diatas 70 tahun
j. Selaut
lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil
dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi
tubulus berkurang.
a.
Vesika urinaria : otot – otot menjadi
lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil
meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya
retensi urin.
b.
Pembesaran prostat kurang lebih 75 %
dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c.
Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a.
Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b.
Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah.
c.
Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi
lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari
ACT,TSH,FSH dan LH.
d.
Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya
BMR dan daya pertukaran zat
e.
Menurunnya produksi aldosteron
f.
Menurunnya sekresi hormon kelamin,
misalnya progesteron, estrogen dan testosteron
11. Sistem kulit
a.
Kulit keriput atau mengkerut
b.
Permukaan kulit kasar dan bersisik
c.
Menurunnya respon terhadap trauma,
mekanisme proteksi kulit menurun.
d.
Kulit kepala dan rambut menipis
berwarna kelabu.
e.
Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f.
Berkurangnya elastisitas kulit akibat
dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g.
Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar
dan kurang bercahaya.
h.
Kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a.
Tulang kehilangan density ( cairan )
dan makin rapuh
b.
Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari
pergelangan terbatas geraknya.
c.
Discus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek.
d.
Persendian membesar dan kaku
e.
Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak
menjadi lambat, otot kram dan tremor.
B. Tugas
Perkembangan Lansia
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
·
Perbedaan
ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai
seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan
kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti
peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia
mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua
dan okupasi.
·
Body
transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa
penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan
fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam
mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami
perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri
sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
·
Transendensi
ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk
hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup secara
dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa
disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang
dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui
warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan
persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna,
atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian.”
Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir
tentang apa yang mereka lakukan daripada
tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri
daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).
C. Permasalahan
yang timbul Pada Lansia
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a.
Bersarnya jumlah penduduk
lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan
kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah
lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan
Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar
41% dan merupakan yang tertinggi didunia
( Darmojo, 1999:1).
b.
Jumlah lansia miskin makin banyak
c.
Nilai perkerabatan melemah, tatanan
masyarakat makin individualistik
d.
Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga
profesional yang melayani lansia
e.
Terbatasnya sarana dan fasilitas
pelayanan bagi lansia
f.
Adanya dampak pembangunan yang
merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan
lansia.
2.
Permasalahan
Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada
fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan
lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan
medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi
kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan
menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan
menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan
paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam
perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah,
otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama
ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada
pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada
fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan
dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi
misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia
D. Sikap perawat terhadap lansia
Perawatan
gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan
kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan
kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan
pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan
tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek
keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan
advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy
usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi
dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi ,
penelitian dan administrasi.
Penting bagi
perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi
asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus
menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan
penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap
tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas
perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini
sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat
juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan
harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus
menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan perawatan
paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia
sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi
lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk
mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
·
Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2
bagian yaitu :
-
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain.
-
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang
mengalami kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita
merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
BAB III
PROSES
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan situasi
social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag
dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan
keperawatan pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta
delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data
tentang subsistem sebagai berikut :.
1.
Data
inti
a.
Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data
demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam
wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama,
nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang
dapat dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
a) Laki – laki : 523 jiwa
b) Perempuan : 464 jiwa
Pendidikan
penduduk : Para penduduk mayoritas
berpendidikan hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk
di komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya
meninggal.
Nilai dan
kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat
masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal
ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus
berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
Agama :
Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya beragama nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1)
Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia
beriklim sejuk atau panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu
pernafasan warga atau tidak.
2)
Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3)
Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu
keadaan lansia, contohnya seperti pabrik.
4)
Jarak antar
rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu
dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat
pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan
transportasi
Keadaan
penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau polisi. Apakah
dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana transportasi yang
digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau
kendaraan pribadi.
d. Politik dan
pemerintahan
Kebijakan yang
ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e. Pelayanan social
dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan) untuk melakukan deteksi
dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik
pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang
dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga
atau untuk mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet
yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial
ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak, bagaimana dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan
saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
B.Analisis data
a.
Diagnosa
keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa keperawatan
komunitas yang terdiri dari :
·
Masalah (Problem)
Yaitu
kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
·
Penyebab (Etiologi)
Yang
meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik
dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
·
Tanda
dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu
informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk
timbulnya masalah.
No.
|
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
Ds:
- Kader
posyandu mengatakan 35% lansia menderita diabetes namun jarang memeriksakan
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi makanan dengan tidak terkontrol
dan hanya berada di rumah setiap harinya
|
Diabetes
pada lansia
|
Kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol
|
2
|
DS: Bidan desa mengatakan lansia banyak yang
menderita hipertensi dan lansia malas mengikuti posyandu lansia yang diselengarakan
setiap bulannya.
|
Hipertensi
|
Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
posyandu lansia
|
3.
|
Ds:
-
Banyak warga
yang mengeluh gatal-gatal pada tubuhnya.
Do:
-
Tubuh terlihat
bintik-bintik merah.
|
Resiko kerusakan integritas kulit
|
Perubahan
status kesehatan
|
Diagnosa :
1.
Diabetes
berhubungan dengan kebiasaan
hidup lansia yang tidak terkontrol.
2.
Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan
lansia dalam mengikuti posyandu lansia.
3.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
status kesehatan.
b. Kriteria Penapisan
Dx. Kep
|
Kriteria penapisan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
Dx. 1
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
42
|
Dx. 2
|
4
|
3
|
4
|
4
|
3
|
3
|
2
|
4
|
3
|
3
|
3
|
4
|
40
|
Dx.3
|
4
|
3
|
3
|
4
|
3
|
4
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
39
|
Keterangan :
1.
Sesuai degan peran perawat komunitas.
2.
Jumlah yang beresiko
3.
Besarnya resiko
4.
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5.
Minat masyarakat
6.
Kemungkinan untuk diatasi
7.
Sesuai program pemerintah
8.
Sumber daya tempat
9.
Sumber daya waktu
10.
Sumber daya dana
11.
Sumber daya peralatan
12.
Sumber daya manusia
Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah
skor 121
c. Rencana Tindakan
Diagnosa
|
Tujuan jangka pendek
|
Tujuan jangka panjang
|
Diabetes
berhubungan dengan kebiasaan
hidup lansia yang tidak terkontrol ditandai dengan 35 % lansia menderita
diabetes
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 4 minggu, komunitas diharapkan:
1. Lansia mampu mengontrol asupan makanan sehari harinya dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
2. Lansia rutin setiap bulannya menghadiri kegiatan posyandu lansia yang
diadakan.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 8 minggu, komunitas
diharapkan angka diabetes (kadar glukosa) pada lansia dapat menurun
|
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta
: EGC.
Basford, Lynn.
& Slevin, Oliver. (2006). Teori &
Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis
Treumatoid) Pada Lansia. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008).
Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia
dengan Demensia pada Home Care. Universita
Muhammadiyah
Malang
Kushariyadi.
(2009). Asuhan Keperawatan pada Klien
Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan
Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia.
A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi.
Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet,
Mickey.
& Beare, Patricia
Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi kedua.
Jakarta : EGC